Protes di Indonesia, Penghentian TikTok & Apa yang Terjadi Ketika Kepercayaan Dilanggar bersama Gita Sjahrir - E633

Inti dari seluruh situasi ini adalah pemerintah harus mendengarkan rakyat yang terdampak, jadi kebebasan berbicara harus lebih diperbesar, kebebasan pers harus lebih diperbesar, dan lebih banyak ruang bagi rakyat, DPR, dan pemerintah untuk berinteraksi. Saya pikir momen "aha" yang paling penting dalam seluruh gerakan ini adalah akhirnya banyak orang menyadari bahwa politik memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. Politik memengaruhi setiap orang yang merupakan penduduk atau warga negara Indonesia, yang tinggal di Indonesia, dan yang mencintai Indonesia. - Gita Sjahrir, Kepala Investasi di BNI Ventures


"Biaya dari semua ini sangat jelas. Ini adalah biaya yang harus dibayar ketika empati tidak diungkapkan dalam politik dan ketika Anda membuat aturan dan regulasi. Biaya dari apa yang terjadi sejak akhir Agustus hingga sekarang adalah lebih dari 6.000 orang telah ditangkap. Saya tidak bisa menghitung berapa ribu orang yang terluka. Sepuluh orang tewas. Jadi, biayanya sangat jelas. Saya berharap ada sesuatu yang bisa diambil darinya." - Gita Sjahrir, Kepala Investasi di BNI Ventures


Ada yang bilang, 'Siapa pun yang mengkritik hasil kerja anggota DPR itu idiot.' Dan ada yang bilang, 'Ya, saya sih tidak masalah menerima tunjangan perumahan ini. Saya rasa ini sepenuhnya adil karena rumah saya sangat jauh dari kantor saya di Jakarta.' Pernyataan itu dianggap tidak peka karena alasan yang sangat jelas. Satu hal yang sangat penting yang hilang di sini adalah empati. Sepertinya ada kurangnya empati dan pemahaman bahwa masyarakat sedang terdampak. Masyarakat tidak punya waktu untuk menunggu pejabat pemerintah akhirnya melakukan hal yang benar dan mendapatkan hasil yang memuaskan karena masyarakat benar-benar terdampak dalam segala hal—ekonomi, kesehatan, semuanya." - Gita Sjahrir, Kepala Investasi di BNI Ventures

Gita Sjahrir dan Jeremy Au menganalisis protes nasional di Indonesia untuk mengungkap bagaimana frustrasi ekonomi, ketidakpedulian politik, dan media sosial telah mengubah kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Mereka membahas bagaimana kesenjangan pendapatan yang semakin lebar dan reformasi yang mandek memicu kemarahan lintas generasi, bagaimana empati dan tata kelola runtuh, dan bagaimana teknologi menjadi kekuatan pendorong sekaligus medan pertempuran regulasi. Percakapan mereka menyoroti kebutuhan mendesak akan reformasi, kebangkitan aktivisme warga negara, dan pelajaran yang dapat dipetik Asia Tenggara dari seruan Indonesia untuk akuntabilitas dan perubahan.

Daftar untuk membaca posting ini
Bergabunglah sekarang
Berikutnya
Berikutnya

Bertahan atau Berputar, Pelajaran Netflix & Budaya Tim Olahraga - E632